Selasa, 23 Oktober 2012

Sepenggal Kisah Dari Tawuran UNM

Sepenggal Kisah Dari Tawuran UNM
Telah sepekan lebih bentrokan yang terjadi di kampus UNM Parangtambung terjadi. Namun, saat kejadian itu terjadi, yang terpikir dibenak saya adalah kata : Tawuran lagi...Tawuran lagi !!. itulah komentar yang langsung terpikirkan ketika beberapa mahasiswi yang histeris masuk ke ruang seminar tempat saya sedang berusaha berkonsentrasi untuk mencerna materi yang disajikan oleh senior. Mahasiswi tersebut masuk ke ruang seminar sambil berteriak “perang ki orang di luar!!” dan kemudian menutup pintu ruang seminar tempat saya berada.
Yah, hari itu adalah hari kamis, tepatnya tanggal 11 Oktober 2012, sekitar pukul 14.00 telah terjadi tawuran di Universitas Negeri Makassar. Tawuran tersebut melibatkan mahasiswa dari fakultas teknik dan fakultas seni. Sebenarnya kata ‘tawuran’ kurang tepat untuk menggambarkan situasi yang terjadi hari itu, mungkin kata ‘diserang’ lebih cocok untuk digunakan, sebab yang sebenarnya terjadi hari itu adalah mahasiswa teknik menyerang mahasiswa seni secara tiba-tiba. Sampai sekarang pun, saya tidak tahu apa yang menyebabkan teknik menyerang seni secara tiba-tiba. Kalau berdasarkan berita di tv sih katanya penyebab terjadinya tawuran ini disebabkan oleh permasalahan tersinggung. Hmm, kurang dramatis, ok saya ulangi sekali lagi, tawuran ini hanya dipicu oleh persoalan TERSINGGUNG !!!. ???
Bukannya saya sok tahu, tapi manusia, terutama manusia yang telah terjun ke kedalam lautan ilmu pengetahuan seharusnya dapat mengendalikan dirinya. Begitu pula yang seharusnya terjadi pada mahasiswa. Mahasiswa (sekali lagi ini hanya pendapat pribadi) seharusnya dapat berpikir rasional, jangan hanya tunduk pada emosi sesaat. Bukankah mahasiswa dilatih untuk berpikir, bertindak, serta mengambil keputusan berdasarkan logis atau tidak logis?. Ok, itulah tadi sekilas komentar saya, kita kembali lagi ke lanjutan kisah yang terjadi pada saat tawuran tersebut.
Saya, yang sedang berada di ruang seminar, dengan kondisi di luar yang sangat berisik karena terjadi perang lempar batu antara seni dan teknik, tidak memungkinkan untuk keluar dari kampus, sehingga kesimpulannya untuk saat itu saya terjebak di dalam kampus. Kemudian setelah beberapa saat yang agak tak terkendali di dalam ruang seminar yang disebabkan oleh para mahasiswi lain yang histeris dan tak bisa mengendalikan dirinya, akhirnya saya bisa keluar dan melihat situasi di luar yang boleh dikatakan agak sedikit (baca sangat) kacau. Saya melihat banyak mahasiswa yang menggunakan helm saling melempar batu, ada juga mahasiswa yang melempari panggung bestra, gedung-gedung perkuliahan fakultas seni.
Kemudian, setelah para mahasiswa teknik berhasil membakar gedung fakultas seni dan desain serta beberapa motor, akhirnya tawuran tersebut berhenti seiring dengan terdengarnya kumandang adzan ashar dari mesjid kampus. Ya, setidak-tidaknya para mahasiswa yang tawuran itu masih menghormati kumandang adzan. Dan setelah bentrokkan berhenti, akhirnya saya dapat keluar dari kampus dengan selamat.
Saya pun pulang ke rumah, dan selama beberapa hari setiap acara berita di tv menayangkan berita tentang bentrokan yang terjadi di kampus UNM Parangtambung. Namun, diantara semua berita tentang bentrokan tersebut, berita yang paling membuat saya merasa sedih dan merasa tidak adil adalah berita mengenai ancanaman menteri pendidikan yang akan menutup fakultas yang sering terlibat bentrokan. Wah! Menurut saya itu tidak adil, sebab berdasarkan pengalaman serta realita yang saya lihat, tidak semua mahasiswa di kampus itu hobby tawuran. Bahkan boleh dikatakan bahwa hanya sekelompok mahasiswa yang sering tawuran. Sehingga, jika ancaman untuk menutup fakultas yang sering bentrokan itu dilaksanakan, maka keputusan tersebut kurang adil bagi mahasiswa lainnya yang tidak pernah ikut atau bahkan membenci tawuran yang terjadi di kampus.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pelita dalam Kegelapan Malam © 2008. Design By: SkinCorner