Sepenggal
Kisah Dari Tawuran UNM
Telah sepekan lebih bentrokan yang
terjadi di kampus UNM Parangtambung terjadi. Namun, saat kejadian itu terjadi,
yang terpikir dibenak saya adalah kata : Tawuran lagi...Tawuran lagi !!. itulah
komentar yang langsung terpikirkan ketika beberapa mahasiswi yang histeris
masuk ke ruang seminar tempat saya sedang berusaha berkonsentrasi untuk
mencerna materi yang disajikan oleh senior. Mahasiswi tersebut masuk ke ruang
seminar sambil berteriak “perang ki orang di luar!!” dan kemudian menutup pintu
ruang seminar tempat saya berada.
Yah, hari itu adalah hari kamis,
tepatnya tanggal 11 Oktober 2012, sekitar pukul 14.00 telah terjadi tawuran di
Universitas Negeri Makassar. Tawuran tersebut melibatkan mahasiswa dari
fakultas teknik dan fakultas seni. Sebenarnya kata ‘tawuran’ kurang tepat untuk
menggambarkan situasi yang terjadi hari itu, mungkin kata ‘diserang’ lebih
cocok untuk digunakan, sebab yang sebenarnya terjadi hari itu adalah mahasiswa
teknik menyerang mahasiswa seni secara tiba-tiba. Sampai sekarang pun, saya
tidak tahu apa yang menyebabkan teknik menyerang seni secara tiba-tiba. Kalau
berdasarkan berita di tv sih katanya penyebab terjadinya tawuran ini disebabkan
oleh permasalahan tersinggung. Hmm, kurang dramatis, ok saya ulangi sekali
lagi, tawuran ini hanya dipicu oleh persoalan TERSINGGUNG !!!. ???
Bukannya saya sok tahu, tapi manusia,
terutama manusia yang telah terjun ke kedalam lautan ilmu pengetahuan
seharusnya dapat mengendalikan dirinya. Begitu pula yang seharusnya terjadi
pada mahasiswa. Mahasiswa (sekali lagi ini hanya pendapat pribadi) seharusnya
dapat berpikir rasional, jangan hanya tunduk pada emosi sesaat. Bukankah
mahasiswa dilatih untuk berpikir, bertindak, serta mengambil keputusan
berdasarkan logis atau tidak logis?. Ok, itulah tadi sekilas komentar saya,
kita kembali lagi ke lanjutan kisah yang terjadi pada saat tawuran tersebut.
Saya, yang sedang berada di ruang
seminar, dengan kondisi di luar yang sangat berisik karena terjadi perang
lempar batu antara seni dan teknik, tidak memungkinkan untuk keluar dari
kampus, sehingga kesimpulannya untuk saat itu saya terjebak di dalam kampus.
Kemudian setelah beberapa saat yang agak tak terkendali di dalam ruang seminar
yang disebabkan oleh para mahasiswi lain yang histeris dan tak bisa
mengendalikan dirinya, akhirnya saya bisa keluar dan melihat situasi di luar
yang boleh dikatakan agak sedikit (baca sangat) kacau. Saya melihat banyak
mahasiswa yang menggunakan helm saling melempar batu, ada juga mahasiswa yang
melempari panggung bestra, gedung-gedung perkuliahan fakultas seni.
Kemudian, setelah para mahasiswa teknik
berhasil membakar gedung fakultas seni dan desain serta beberapa motor,
akhirnya tawuran tersebut berhenti seiring dengan terdengarnya kumandang adzan
ashar dari mesjid kampus. Ya, setidak-tidaknya para mahasiswa yang tawuran itu
masih menghormati kumandang adzan. Dan setelah bentrokkan berhenti, akhirnya
saya dapat keluar dari kampus dengan selamat.
Saya pun pulang ke rumah, dan selama beberapa
hari setiap acara berita di tv menayangkan berita tentang bentrokan yang
terjadi di kampus UNM Parangtambung. Namun, diantara semua berita tentang
bentrokan tersebut, berita yang paling membuat saya merasa sedih dan merasa
tidak adil adalah berita mengenai ancanaman menteri pendidikan yang akan
menutup fakultas yang sering terlibat bentrokan. Wah! Menurut saya itu tidak
adil, sebab berdasarkan pengalaman serta realita yang saya lihat, tidak semua
mahasiswa di kampus itu hobby tawuran. Bahkan boleh dikatakan bahwa hanya
sekelompok mahasiswa yang sering tawuran. Sehingga, jika ancaman untuk menutup
fakultas yang sering bentrokan itu dilaksanakan, maka keputusan tersebut kurang
adil bagi mahasiswa lainnya yang tidak pernah ikut atau bahkan membenci tawuran
yang terjadi di kampus.
0 komentar:
Posting Komentar