Minggu, 16 September 2012

Simbol Feminitas dalam Drama ‘Orang Kasar’ Karya Anton Chekov Saduran W. S. Rendra


Simbolisme dalam teori fiksi Robert Stanton termasuk dalam kategori sarana sastra. Simbolisme merupakan teknik yang digunakan untuk membuat ‘nyata’ gagasan dan emosi dalam sebuah cerita. Simbol dapat berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pemikiran pembaca. Dengan ini, pengarang membuat maknanya menjadi ‘tampak’.
Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar cerita seperti satu objek, beberapa objek bertipe sama, substansi fisis, bentuk, gerakan, warna, suara atau keharuman. Semua hal tersebut dapat menghadirkan satu fakta terkait kepribadian seorang manusia, ketidakacuhan alam terhadap penderitaan manusia, ambisi yang semu, kewajiban manusia, atau romantisme masa muda.
Dalam fiksi, Simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Kedua, satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. Sedangkan yang ketiga, yaitu sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema. Sehingga, ketiga efek tersebut menunjukkan bahwa simbol yang sama dapat hadir melalui tiga cara yang berbeda. Ada satu petunjuk umum yang menunjukkan apakah sebuah detail bersifat simbolis atau tidak. Detail yang bermakna simbolis biasanya sering muncul melebihi seharusnya. Detail yang simbolis tampak menonjol karena selalu diulang-ulang dan menyerupai detail-detail lain. (Stanton, 2007: 64-66)
Dalam drama ‘orang kasar’, yang menjadi simbol feminitas adalah tokoh nyonya yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Nyonya ini memakai gaun yang berwarna hitam karena berkabung atas kematian suaminya, gaun hitam ini menjadi simbol duka dan juga kesetiaan seorang istri yang suaminya telah meninggal, pakaian hitam ini dapat pula berarti pengabdian yang ‘taat’ yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya yang telah tiada. Hanya seorang wanitalah yang memakai gaun, sehingga gaun hitam (baju berkabung) yang dikenakan tokoh nyonya ini dapat dikategorikan pula sebagai simbol feminim/feminitas.
Selanjutnya, dalam drama ‘orang kasar’ karya Anton Chekov ini, muncul simbol feminitas lainnya yakni mata. Mata yang dimiliki oleh tokoh nyonya ini indah menurut tokoh bilal sangat cantik biarpun tokoh bilal mengakuinya dengan cara mengejek tokoh nyonya.

BILAL:

Wah, hebat betul! Nyonya tau, bagaimana seharusnya orang bicara kepada nyonya dalam bahasa Inggeris, barangkali? Dear lady, would yau like to lend me your beautiful eyes? Pardon me for having disturb you! What a beautiful wheather We are having today! Shell we meet again tomorrow?(Membungkuk memberi hormat dengan cara mengejek)
Dari petikan dialog di atas dapat dikatakan bahwa tokoh bilal mengagumi mata sang nyonya, hal ini terlihat dalam keadaan marah pun ia mengucapkan kata mata yang indah, sehingga simbol mata yang indah mewakili feminitas dalam tokoh nyonya.
Kemudian simbol feminisme yang ketiga dalam tokoh nyanya yaitu alis. Alis mata tokoh nyonya dalam drama ini juga merupakan simbol feminitas, hal ini diakui pula oleh tokoh bilal berdasarkan kutipan berikut;

BILAL

Akan saya tembak alis matanya yang bagus itu. Saya bukan orang banyak cincong, bukan pula pemuda hijau yang sentimental .... (hal 15)
BILAL (Memeriksa senapan)
Ini namanya senapan angin. Ya, ini pelurunya, memang bagus untuk menembak burung, tetapi ini lain dari senapan biasa, ya, ya, boleh juga.
Lihatlah, BSA, caliber 5,5. Dua senapan ini harganya tak kurang dari dua belas ribu. Beginilah cara memakai.
(Kesamping) Aduh, alis matanya! Sungguh wanita sejati! .... (hal 16)
Kutipan diatas menandakan bahwa alis mata tokoh nyonya sangat menarik perhatian tokoh bilal, ia mengidentikkan alis mata sang nyonya sebagai simbol wanita sejati. Sehingga, alis mata ini menjadi simbol feminitas.
Sebagai kesimpulan, dalam drama ‘orang kasar’ ini yang menjadi simbol feminitas utama adalah mata dan alis mata tokoh nyonya. Hal tersebut berdasarkan pendapat  stanton mengenai simbol bahwa Ada satu petunjuk umum yang menunjukkan apakah sebuah detail bersifat simbolis atau tidak. Detail yang bermakna simbolis biasanya sering muncul melebihi seharusnya. Detail yang simbolis tampak menonjol karena selalu diulang-ulang dan menyerupai detail-detail lain. (Stanton, 2007: 64-66)
Alis dan mata milik tokoh nyonya ini merupakan detail yang diulang berkali-kali melalui dialoh tokoh bilal. Sehingga, alis dan mata memunculkan gagasan bahwa tokoh nyonya ini merupakan tokoh yang sifat feminimnya hendak ditunjukkan oleh pengarangnya melalui penggambaran kecantikan alis dan mata tokoh nyonya. Oleh karena itu, simbol feminitas tokoh nyonya dalam drama ini disimbolkan melalui alis dan matanya yang indah.


Daftar Pustaka :
Chekov, Anton. Drama ‘Orang Kasar’ Saduran W.S. Rendra. Februari 2007. Yogyakarta.
Stanton, Robert. Teori Fiksi. Cetakan I, Sepetember 2007. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pelita dalam Kegelapan Malam © 2008. Design By: SkinCorner